"Terkadang, suatu hubungan bisa saja tiba-tiba putus walau tanpa kata putus."
"Anak kita nanti 3 ya, yang pertama cowok." Ucapnya lugu. Aku hanya membalas perkataannya dengan tawa kecil yang tidak memekikan telinga.
"Tapi aku maunya 2, kan kaya program pemerintah. Tapi tapi aku nurut sama kamu aja yah. Emm mereka pasti jadi anak yang baik, tumpuan segala harapan kebaikan." Aku menanggapi pendapatnya, nampaknya dia sangat suka dengan ucapan yang kulontarkan tadi. Lalu, kami saling tertawa bersama.
Ya, pembicaraanku dengannya selalu saja berat, selalu saja tidak seperti pembicaraan orang yang sedang berpacaran. Seringkali kami berdiskusi banyak hal, persoalan yang awalnya buta dan gelap menjadi hal yang terlihat dan terang. Itulah masa yang tidak pernah aku temukan lagi saat ini, karena selalu saja masa lalu yang kita inginkan kembali, tidak akan pernah kembali.
Dia seorang pelajar. Bermata sipit, berhidung cukup pesek, berkulit putih, dan wajahnya memang tercipta sangat oriental.