'Kenapa jadi seperti ini? Kau mulai berubah. Apa kau tidak peduli lagi padaku.?' Nay terus bertanya di dalam hati, berharap bisa mendapatkan jawaban yang mungkin bisa menenangkan hatinya. Sudah 2 jam dia duduk di kursi taman sambil memikirkan tentang hubungannya dengan sang kekasih.
'Aku merindukanmu, aku ingin bersamamu seperti dulu. Mungkinkah kau mendengar suara hatiku yang terus menjerit ingin bertemu denganmu, memandang wajah yang takkan pernah membuatku bosan, memegang tangan yang selalu terasa hangat bagiku.?' Takkan bisa Nay berhenti memikirkan orang yang sangat ia cintai itu. 'Apakah kau juga memikirkan aku, layaknya aku yang selalu memikirkanmu?' batinnya.
'Dii..' dia terus saja menyebut nama itu dalam hati.
Tiba-tiba sepasang dari belakang ada sepasang tangan yang memegang bahu Nay. Senyum tipis terukir di wajahnya, seolah dia tahu siapa yang menutup matanya.
"Dii,, kau kah itu?" tebak Nay dengan semangat.
"Hah? Dii?,, Hei, ini aku..!" ucap orang itu seraya menjauhkan tangannya dari bahu Nay.
"oh,, ternyata kau, Mii.." sapa Nay dengan kecewa karena ternyata bukan orang yang selalu memenuhi pikirannya.
"kau,, sedang memikirkan Dii lagi ya?" ucap Mii seraya duduk di samping Nay.
"…."
"sudahlah,, daripada terus seperti ini lebih baik kau langsung berbicara dengannya tentang apa yang kau rasakan selama ini" ucap Mii memberi saran.
"aku tidak bisa.." jawab Nay.
"Kenapa? Dia harus tau tentang perasaanmu selama ini! Semua ini tidak adil bagimu, kau harus jujur..! tegas Mii.
"aku tidak bisa, aku tidak ingin mengganggunya. Saat ini dia sedang sibuk mengurusi kegiatan OSIS, terlebih lagi dia adalah Ketua OSIS. " ucap Nay berusaha setegar mungkin.
Semenjak menjadi Ketua OSIS, Dii sudah tidak punya waktu lagi untuk Nay. Dia selalu sibuk dengan berbagai kegiatan, mulai dari Perayaan Ulang Tahun sekolah, acara perpisahan, sampai acara Pentas Seni. Nay terus bersabar dengan semua itu, dia ingin menjadi kekasih yang pengertian, yang tidak akan mengganggu dan membebani Dii. Meskipun begitu, Dii tidak pernah menyadari pengorbanan Nay, karena dia tidak punya waktu untuk mengurusi hal semacam itu.
"Aku harus mengerti, walaupun dia sudah tidak punya waktu untukku lagi" kata Nay dengan mata berkaca-kaca.
"Mengerti katamu? Apakah semua itu harus dilakukan dengan mengorbankan perasaanmu? Seharusnya dia sadar, betapa kau sangat mencintainya dan rela mengorbankan perasaanmu seperti ini!" ucap Mii yang mulai emosi.
"…" hening sejenak.
Mii terus menunggu tanggapan dari Nay, tapi… Nay terus diam.
"Haahhh..." Mii menghembuskan napas panjang. "Apa perlu aku langsung yang bicara padanya jika kau memang tidak bisa melakukannya?" kata Mii pelan sambil berdiri dari posisi duduknya.
"Ku mohon jangan lakukan itu,, hiks.. hiks.. aku tidak ingin dia tahu. Ku mohon, demi aku,, hiks.." jawab Nay sambil terisak dan langsung meraih tangan Mii, berusaha untuk mencegahnya berbicara dengan Dii.
"Tapi…." Mii berpikir sejenak. "Baiklah, aku tidak akan melakukannya. Demi kau." akhirnya Mii mengalah dan kembali duduk kemudian merangkul Nay, membiarkan Nay menangis dipundaknya.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang dari tadi terus mengawasi mereka. Meskipun jaraknya cukup jauh, tapi cukup bagi orang itu untuk mendengarkan percakapan Nay dan Mii. Dia kemudian berbalik hendak pergi sambil tersenyum, tepatnya menyeringai.
###
"Emm.. terima kasih telah mengantarkanku pulang" ucap Nay sambil membungkuk kepada Mii.
"iya, iya.. sampai bertemu besok ya, Nay" kata Mii melambaikan tangan kemudian melaju dengan motornya meninggalkan Nay.
Setelah Mii pergi, Nay langsung berjalan ke arah pintu rumahnya. Saat akan memegang knop pintu, dia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Kemudian memasang wajah seperti biasa agar tidak ada orang yang tahu tentang masalah yang dihadapinya sekarang.
Saat Nay membuka pintu rumahnya, Mamah sudah menyambutnya didepan pintu.
"Ternyata kau sudah pulang" sapa Mamah dengan ramah disertai senyuman untuk menyambut kedatangan Nay.
"Hmm" tanggapan yang singkat dari Nay.
“Hei, kamu kenapa anakku sayang?” Kata Mamah
“Hmmm, tidak apa apa kok mah, biasa saja.” Jawab Nay singkat.
"Kau ini selalu saja bersikap begitu, Mamah jadi bingung kenapa kau bisa seperti ini. Apa ada masalah dengan Dii?" kata Mamah kepada Nay.
Nay tersentak mendengarnya. Ucapan Mamah tadi seolah-olah tahu apa yang sedang dirasakan Nay sekarang.
Hening…
"Sudahlah, Nay ingin ke kamar dulu" Nay angkat suara sambil berlari menuju kamar. Karena kalau dilihat dengan jelas, Nay berlari menuju kamar dengan mata yang mulai berair, tapi untungnya Mamah tidak menyadari bahwa Nay sedang menangis.
“Aneh, apa yang terjadi padanya. Apa kata-kataku tadi benar? Kalau benar, kenapa dia jadi sesensitif begitu?'” tanya Mamah yang jadi bingung melihat kelakuan aneh Nay kali ini.
“Mungkin dia sedang ada masalah.” ucap mamah seraya pergi meninggalkan ruang tamu.
###
Di dalam kamar, Nay menangis mengingat kata-kata terakhir yang dilontarkan Mamah tadi padanya. Terlebih lagi jika mengingat bagaimana hubungannya dengan Dii sekarang. Dia sudah jarang bertemu dalam arti yang lama dengan pujaan hatinya tersebut. Dan itupun hanya di sekolah dia bisa bertemu dengan Dii dan itupun hanya berpapasan saja. Yang paling membuat Nay bersedih, Dii bahkan tidak perhatian lagi dengannya seperti dulu akhir-akhir ini.
Meskipun begitu, Nay terus berusaha mempercayai Dii. Dia percaya bahwa Dii tidak akan mengkhianatinya, karena dia tahu seberapa besar cinta Dii padanya. Lagipula, Dii bukan tipe laki-laki yang tega menyakiti hati seorang perempuan, terlebih lagi hati Nay-orang yang sangat dicintainya. Dan di mata Nay, Dii adalah laki-laki terbaik yang pernah dia temui dalam hidupnya.
Nay berharap tidak ada yang tahu tentang apa yang sedang menimpa dirinya. Hanya satu orang saja yang tahu, yaitu sahabat terbaiknya yang dipercayainya untuk menumpahkan segala keluh kesah yang ada di hatinya.
###
Seiring berjalannya waktu, semua pengorbanan itu seakan lenyap. Hubungan Nay dengan Dii semakin hambar, terlebih di luar sana banyak wanita yang menginginkan Dii.
“Salahkah aku apabila aku tulus mencintainya? Apakah hubungan yang selama ini aku jaga harus berakhir?” itulah yang selalu Nay tanyakan dalam hati.
Suatu hari...........
Tringtringtringg....zzzzzzzz
“Ada pesan dari Dii.”
*Nay, bagaimana kalau misalkan kita berteman saja?*
“Apa maksud dia, apa maksud dia mengirim pesan seperti ini.”ucap Nay sambil menangis
#apa maksudmu Dii?#
Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz........................
*Aku tidak ingin menyakitimu secara tidak langsung, jujur aku berhubungan dengan wanita lain. Tapi, aku tidak bermaksud meninggalkanmu demi dia, sungguh aku sangat menyayangimu. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaanmu. Kamu sangat baik, kamu terlalu cepat hadir dalam hidupku. Aku ingin kamu menjadi istriku nanti.*
Nay terus saja menangis setelah mengetahui apa yang selama ini Dii lakukan. Tapi, dia bersyukur karena Dii sudah jujur. Tapi, tetap saja dia tidak bisa mendustakan perasaannya kalau semua itu sakit.
“Tuhan, jika memang aku harus melepasnya tolong berikan aku kekuatan. Dan jika dia memang untukku kembalikan dia suatu saat nanti, tapi jika dia memang bukan untukku,, aku mohon berikan yang terbaik untuk dia” ucap Nay sambil terisak-isak.
###
Sesuatu yang berharga terkadang tidak dapat dinilai dari luarnya, tetapi dinilai dari kenangan yang terjadi pada sesuatu tersebut.
“Yah, mungkin semua ada hikmahnya” pikir Nay sambil melihat fotonya bersama Dii.
“Setidaknya aku pernah memberikan sesuatu yang berarti untuknya. Aku pernah memberikan kenangan manis selama hidupnya dan setidaknya aku pernah merasakan betapa indahnya ketika bulan Ramadhan + Idul Fitri bersamanya”................hmmm
Meskipun sekarang Nay tidak berstatus sebagai kekasih Dii lagi, tapi Nay selalu yakin kalau Tuhan itu adil. Tuhan yang akan menyatukan mereka nanti dan Tuhan juga yang tahu apa yang mereka rasakan.
Seperti orang bilang, senang sama sedih itu datangnya satu paket. Mungkin saat ini Nay belum bisa move on dari Dii. Tapi Nay yakin, dia pasti bisa.
Seperti janji Nay kepada Dii. Walaupun Nay bukan siapa-siapa lagi, tapi Nay akan tetap menjaga Dii dari jauh. Akan tetap mengingatkan Dii, akan tetap ada untuk Dii dan akan tetap ada sebagai bintang yang menyinari kegelapan malamnya.
“Dii..........”nama itu lah yang selalu Nay ucapkan ketika dia sedang kesepian.
“Sekarang sudah ttidak ada lagi panggilan sayang. Sudah tidak ada lagi yang perhatian, cemburu, marah-marah dan juga sudah tidak ada lagi good night kiss” selalu saja itu yang ada dipikiran Nay.
Mungkin belum saatnya. Karena sekarang terlalu banyak hal yang mencoba memisahkan mereka. Namun, mereka yakin akan indah pada waktunya.
Mereka tetap berteman, seperti biasa. Meskipun ada rasa yang tidak bisa mereka pungkiri dari hati mereka. Tapi, mereka belum bisa bersatu kembali untuk sekarang. Hmmmmm.....
Karena ga selamanya seseorang itu bisa tegar. Menangis itu perlu, tertawa itu butuh :')
Saat terindah dalam hidupmu adalah dimana ketika dirimu mulai bisa memberikan maaf bagi orang lain.
2 komentar:
kesimpulan jodoh gak kemana plend
iyaa :')
Posting Komentar