Aku terbangun seperti biasa. Menatap handphone
beberapa lama lalu melirik diam-diam ke arah jam. Menatap langit-langit kamar
yang sama. Letak lemari, rak buku dan tas juga masih
sama. Tak ada yang berbeda di sini. Aku masih bernapas, jantungku masih
berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat
mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata
benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati?
Pagi yang dingin membuatku terus terdiam mencari kehangatan dengan selimut yang masih kupakai. Dan, tetap saja tak kutemukan kehangatan, tetap mengigil sendirian. Dengan kenangan yang masih menempel dalam sudut-sudut luas otak, seakan membekukan hati. Aku berharap semua hanya mimpi, dan ada seseorang yang membangunkanku. Sungguh, aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering kukejar. Sekali lagi, aku masih sendiri, bermain dengan masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin kuingat lagi.
Pagi yang dingin membuatku terus terdiam mencari kehangatan dengan selimut yang masih kupakai. Dan, tetap saja tak kutemukan kehangatan, tetap mengigil sendirian. Dengan kenangan yang masih menempel dalam sudut-sudut luas otak, seakan membekukan hati. Aku berharap semua hanya mimpi, dan ada seseorang yang membangunkanku. Sungguh, aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering kukejar. Sekali lagi, aku masih sendiri, bermain dengan masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin kuingat lagi.