The Last Note





Hai masa lalu, apa kabar? Pasti baik kan?
Kata demi kata aku tulis lagi untukmu. Tidak pernah bosan. Dan mungkin tulisan ini tidak akan pernah kamu baca. Apa kamu masih ingat kata-kata ini?  tapi ini hidup, ini cinta, kalau kita melihat ke belakang kapan mau maju. So, I Love You ”. Ahh aku yakin kamu pasti sudah lupa. Ntah kenapa hal yang seharusnya tidak perlu kuingat, masih saja tersimpan rapat di ingatanku. Sesusah ini kah melupakanmu? Sesusah ini kah melupakan kenangan tentangmu? Sesusah ini kah menggantikan posisi kamu dengan orang lain di hatiku? Sedangkan kamu saja bisa menggantikan posisiku dengan mereka, kenapa aku tidak?
Kamu sering membuat mata wanita bengkak karena terlalu lama menangisi sesuatu yang sempat kamu sebut dengan mudah dan kamu lupakan dengan mudah, CINTA.
.



Kedatanganmu begitu sempurna, kamu membawa bekal yang katanya cinta, menghampiriku dengan janji-janji bisu yang terlihat akan kamu tepati. Lalu, kita mencoba untuk berjalan bersama, "menutup telinga" dari banyak cemooh dan hujatan orang-orang yang tak tahu apa-apa tentang kita.
Beberapa hari, minggu, bulan dan tahun berlalu, kamu terlalu sibuk dengan urusanmu. Kamu melupakan seseorang yang selalu berada di sampingmu. Kamu melupakan seseorang yang menjadi pelampiasan amarahmu, yang kamu sakiti hatinya saat kamu lelah dengan semua rutinitasmu. Kamu melupakan aku yang berusaha bertahan untukmu. Kamu berubah menjadi seseorang yang kutakuti, menjadi manusia lain yang tak pernah kuketahui.
Aku rindu, rindu semua hal yang bisa kita lalui hingga terasa waktu terlalu cepat berlalu saat kita melaluinya bersama. Dan, akhirnya perpisahan itu tiba. Sesuatu yang kita benci kedatangannya tapi harus selalu kita lewati tanpa kita tahu kapan akan terjadi. Aku harus membuang dan menghapus itu semua dari memori otakku agar kamu tak lagi mengendap-endap masuk ke dalam hatiku.



Dulu, aku memang pernah memujamu. Aku memang pernah kau miliki. Aku memang pernah kau puja hingga kau hina, dan semua telah ku lalui. Dulu aku bahkan pernah menjadi ludahmu. Setelah kau buang dan kau jilat lagi. Semuanya pernah ku lewati. Dulu kau pernah pergi. Meninggalkanku dengan air mata yang tiada henti. Namun, kau hadir kembali tawarkan manisnya janji. Kau ulang lagi perbuatanmu. Dan akhirnya kau pergi lagi untuk kedua kalinya. Mungkin tidak pernah kembali lagi.
Aku pikir kamu berbeda. Kamu datang dengan sejuta harapan, membuatku yakin untuk membangun mimpi bersamamu. Tapi kamu hancurkan begitu saja. Aku selalu ingat kata-katamu. Kamu yang datang dengan cinta yang katanya SELAMANYA, tapi? Kata-kata itu terlalu mudah kamu ucapkan. Bukan cuma aku, tapi mereka yang pernah mengisi hidupmu, sama sepertiku. Apakah semudah itu bagimu mengucapkan lalu meludahkan kata-kata itu? Ahhh mungkin aku saja yang terlalu melebihkan. Mungkin aku saja yang terlalu yakin denganmu.
Setelah perpisahan itu terjadi, apakah kamu sadar? Kamu dengan mudahnya datang lalu pergi dari kehidupanku, selalu sperti itu. Ntah untuk berapa kalinya kamu datang dan pergi. Dengan hal yang sama, semua hal yang kita bahas selalu sama. Dan caramu pergi (LAGI) pun juga sama. Memang kamu pikir kamu siapa? Datang dengan segala hal yang ahhh absurd. Lalu pergi seenaknya tanpa pamit. Apa yang kau harapkan dariku? Jika wanita-wanita lain juga kau singgahi, jika banyak orang yang menerima kata cinta darimu? Aku capek kalau harus melupakan kamu, nunggu kamu. Aku bukan “stasiun” yang bisa kamu datangin dan tinggalin sesuka hati. Tapi ntah kenapa aku selalu tidak bisa menolak kehadiranmu. Meskipun aku tahu bahwa pada akhirnya akan seperti itu lagi.
Dulu ada satu hal yang aku takuti dari sebuah perpisahan. Setelah berpisah apakah kita bisa berteman seperti sebelum aku dan kamu bersatu? Dan nyatanya hal itu memang terjadi. Untuk apa kita bersatu jika setelah perpisahan itu tiba hanya untuk “menghindar” dari segala hal. Bagiku tak mudah mematikan perasaan pada seseorang yang bisa kita temui setiap hari. Kamu sudah jadi bagian dari hari-hariku, hampir setiap hari aku melihatmu. Perubahan yang begitu berbedamembuatku sulit menerima bahwa kita tidak lagi sama. Dulu, kita yang banyak berbincang kini jadi banyak diam. Setiap hari aku berusaha menerima kenyataan dan perubahan itu. Setiap hari aku mencoba meyakinkan diriku bahwa suatu saat pasti aku bisa melupakanmu.
Aku diam bukan berarti aku tidak peduli. Aku hanya tidak ingin menunjukan lagi perasaanku kepadamu. Aku hanya ingin kita berteman, seperti yang lain. Tidak ada rasa canggung.
            Sampai nanti ya. Saat kita bertemu kembali, dengan masa depan kita masing-masing. Terima kasih, tahun-tahun terbaik saat bersamamu. Masa putih abu-abu yang indah saat bersamamu. Saat melewati betapa indahnya cinta. Saat melewati betapa sulitnya cinta.
            Maaf jika aku pernah menjadi sebab air matamu. Maaf jika aku tidak pernah memberi kebahagiaan yang lebih seperti yang lainnya.
            Aku banyak belajar darimu, dari hal yang tidak pernah aku ketahui dan ketika aku mengenalmu aku tahu dan merasakan semua itu. Aku berharap kamu juga mengambil pelajaran dari pertemuan singkat ini. Semua butuh proses dan waktu saat aku harus kehilangan sesuatu yang terbiasa aku rasakan. Aku percaya, ketika Tuhan mengambil “emas” yang aku miliki maka Tuhan akan menggantinya dengan “berlian”. Ketika Tuhan mengambil kamu yang aku cintai, maka Tuhan akan menggantinya dengan seseorang yang baru yang suatu saat akan lebih kucintai. Baik-baik ya.
Jika memang dirimu lah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini



1 komentar:

Posting Komentar


up