Aku Benci Dengan Hal Ini



Matahari yang paling panas yang kurasakan menusuk-nusuk kulitku. Juga suara riuh redam yang sama, yang memutarbalikkan pikiranku. Aku tak tahu, jika hari ini berjalan begitu keras. Kelelahan seperti memeluk tubuhku dengan sangat erat, dan aku tak mampu melepaskan diri. Masih dengan wajah lesu, kutatap lagi kamu. Entah mengapa, tak ada lagi rasa semangat yang membuncah ketika lensa fokus mataku tertuju padamu. Tak ada debaran yang aneh, juga tak ada rasa yang menggelitik di hati; ketika tubuhmu berlalu-lalang di depanku, walau tak begitu dekat, dan masih tetap dalam kejauhan.


Aku dan kamu terjaga dalam jarak, tak benar-benar saling bertatapan, dan tak benar-benar saling berhadapan. Bertemu... walau tak saling memendam. Kukagumi... walau tak benar-benar kuketahui. Begitulah, tak ada alasan yang logis, menjelaskan perasaanku padamu. Juga perubahan yang terjadi ketika hari ini datang, dan kita bertemu lagi.

Bagaimana bisa kusebut namamu? Jika bahkan aku tak pernah mengenalmu lebih dalam. Kita tak saling beradu pandang yang lama, tapi ada rasa yang secara liar menggerogoti perasaanku dengan sangat cepat. Namun, di antara semua kebodohanku, aku tahu bahwa kamu kukagumi bukan untuk kegenggam dan kukekang. Kamu kukagumi untuk sekadar masuk dalam percakapan panjangku dengan Tuhan. Kamu kupandangi diam-diam sebagai penghormatanku terhadapmu yang tidak akan mungkin bisa mengenalku, juga mengetahui sosokku. Dan, aku tak mampu menahan, aku tak mampu memedulikan lagi siapa dirimu yang sebenarnya. Aku hanya tahu kamu yang kulihat saat ini. Sempurna. Berbeda. Segalanya.

Ini bukan cinta, aku yakin itu. Karena kemunculannya terlalu cepat, karena perasaan ini terlalu berlebihan, dan karena apa yang terjadi di antara kita terlalu singkat. Mungkin, lebih mendekati obsesi. Seperti yang kubilang, di mataku kamu begitu lengkap. Kaumiliki banyak hal yang sangat-sangat kusukai.

Ketika kamu berlari, berloncat riang, bernyanyi, berteriak, dan bersorak. Tatapanku hanya mampu mengikuti gerak gerikmu. Sudahlah, aku terjebak untuk kesekian kalinya. Hanya ketertarikan sesaat yang tak mampu dijelaskan secara logis.

Mungkin hanya perasaan kagum. Apakah suka? Sayang? Ntahlah...... akupun tidak bisa merasakannya secara pasti.

0 komentar:

Posting Komentar


up