Kugores Luka Di Hatimu


“Maaf, aku telah mengkhianatimu. Hatiku kini mendua. Ada wanita lain dalam hatiku.” Air mata merebak di kedua mataku saat aku mengatakan kejujuran yang menyakitkan itu. Dia hanya terdiam. Tiba-tiba air mata menetes di pipinya, tanpa sepatah katapun terucap dari bibirnya. Hatiku pedih melihat dia begitu terguncang dengan kejujuranku. Aku hanya bisa memeluknya dan memohon maaf kepadanya. Butuh beribu-ribu kali berpikir apakah harus mengatakan pengkhianatan itu. Butuh keberanian yang cukup besar untuk mengungkapkan kebenaran itu dan akupun telah siap dengan resiko yang akan aku hadapi saat aku mengatakannya, terutama resiko bahwa aku akan dibenci dan diputuskan oleh Lia. Aku melakukan itu bukanlah untuk menyakitinya, walaupun hal itu pasti akan menyakitinya. Aku hanya tidak ingin ada kebohongan dalam hubungan kami. Semua itu memang terdengar terlalu menjijikan dan munafik bagi seorang laki-laki yang telah mengkhianati kekasihnya, tetapi begitulah yang aku rasakan.
            Tak pernah terlintas di pikiranku bahwa akulah yang akan mengkhianati kesetiaan itu. Sesungguhnya aku adalah seorang yang sangat menghargai cinta dan kesetiaan. Tetapi seiring waktu berjalan akupun berubah. Perasaan itu perlahan mulai memudar. Semua berawal dari kejenuhanku terhadap hubungan kami. Aku merasa hubungan kami terlalu membosankan. Apalagi hampir setiap hari bertemu dan sudah tidak mempunyai waktu bersama teman-temanku. Aku merasa sangat jauh dari mereka dan rasanya kesenangan atau hobiku mulai terabaikan. Padahal kami sudah satu tahunan menjalin hubungan. Hingga hari ini akupun selalu menyimpan penyesalan itu dan tak pernah melupakan perbuatan bodohku itu.
            “Berapa nomor hp-nya? Aku ingin mencarinya.” Tanya Lia padaku. Aku terkejut dan panik. Aku takut jika mereka bertemu semuanya akan jadi berantakan. Cukup dengan pertengkaranku dan Lia. Aku tidak ingin melibatkan Caca dalam masalah ini, walaupun sebenarnya dia juga ikut terlibat. Aku ingin menyelesaikan masalah ini tanpa mempertemukan Caca dan Lia. Aku ingin menyelesaikan masalah ini tanpa keributan. Tidak kuberikan kepada Lia nomor hp Caca dengan alasan aku tidak ingin mereka bertengkar.   Dan aku berjanji alan mengakhiri hubunganku dengan Caca. Lia menerima keputusanku dan percaya padaku bahwa aku akan segera mengakhiri hubungan itu. Sungguh tak kuduga, walau telah kusakiti tetapi Lia masih menyimpan kepercayaan kepadaku. Memang aku dan Caca tidak terikat dalam suatu hubungan, tapi kami tahu bahwa kami saling menyukai. Sebisa mungkin kami menyembunyikan perasaan itu saat kami berada di keramaian sehingga tak seorangpun mengatahui hubungan kami. Biasanya kami berhubungan lewat telpon dan sms. Kami jarang sekali bertemu. Kalaupun bertemu pastilah bersama teman-teman yang lain. Walau saling menyukai tapi kami tak bisa bersama karena statusku. Hubungan tanpa ikatan itu tidak pernah membawa kedamaian dalam hatiku.
            Aku mengenal Caca di sebuah kegiatan sekolah. Awalnya aku hanya melihat dia sebagai “bocah” karena lebih muda dariku. Kuakui, dari tampang dia memang bisa dibilang cukup menarik dan pandai menarik perhatian orang serta mudah sekali dekat dengannya, terutama para cowok. Selain itu, tak ada yang menarik di mataku. Tapi seiring waktu, kami sering sms-an sehingga muncullah perasaan yang tak seharusnya itu. Perhatian-perhatian yang dia berikan membuatku merasa senang dan nyaman. Dia mulai menjadi tempat curhatku. Sebenarnya sejak awal Caca sudah tau kalau saat itu aku sudah mempunyai kekasih, ttetapi dia masih juga mencoba mendekatiku. Mungkin pikirnya itu hanya sebuah keisengan, tapi ternyata keisengannya tidak tepat waktunya, di mana saat itu hubunganku dengan Lia sedang jenuh.
            Sejak hatiku mendua, setia hari aku tidak pernah merasa bahagia, karena hatiku dihantui rasa bersalah yang sangat besar. Bukan sengaja aku melakukannya, semua datang seiring waktu. Tapi saat itu aku benar-benar merassa jenuh dengan hubungan kami. Dan hal itu sudah berkali-kali aku katakan kepadanya, tapi tak ada yang berubah dalam hubungan kami. Aku mulai berontak. Aku mulai pergi-pergi dengan teman-temanku tanpa Lia. Aku juga mulai bersikap cuek kepadanya. Aku sadar dengan sikapku itu akan membuat dia sedih, tapi aku masih saja melakukannya. Entah apa yang telah terjadi padaku hingga aku dengan tega dan sadar menyakitinya. Dengan sabar dia menerima perlakuanku hingga akhirnya aku mengatakan pengkhianatan yang tak pernah terpikir olehnya. Kukira aku bisa menjadi seorang kekasih yang setia, tapi nyatanya aku telah menyakiti Lia. Padahal jika aku ada di posisinya, aku juga tak mampu menerima kenyataan itu dan mungkin hubungan kami akan berakhir.
Tapi Lia berbeda. Dia tetap mempertahanku walaupun aku telah memintanya untuk melepaskanku. Dia mengatakan kepadaku, melepaskanku tidak akan membuat dia lebih bahagia tetapi justru semakin membuatnya terluka karena dia tidak ingin kehilanganku. Dia ingin mengembalikan saat-saat bahagia yang pernah kami lalui dulu. Rasa bersalahlah yang membuatku ingin meninggalkannya karena aku merasa tak pantas lagi jadi kekasihnya. Brengseknya aku yang walau sudah memiliki seorang kekasih masih berani berhubungan dengan wanita lain. Sungguh perbuatan yang tidak pantas dan memalukan. Setiap hari aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan membimbingku dalam mengambil keputusan sehingga aku tidak salah memilih.
Berselang beberapa bulan ternyata Tuhan memberi jawaban. Suatu malam aku melihat Caca bermesraan dengan seorang cowok. Padahal hari itu juga aku sempat bertanya padanya tentang hubungannya dengan cowok itu, tapi dia katakan tak ada yang terjadi antara dia dengan cowok itu. Dan bagiku itulah jawaban atas pertanyaan sekaligus merupakan tamparan bagiku. Begitu mudahnya aku percaya pada wanita yang baru kukenal, sungguh bodohnya diriku.
Aku berterima kasih kepada Tuhan telah memberikan seorang kekasih yang begitu “indah” untuk kumiliki. Tuhan aku sadar kalau aku terlalu bodoh sehingga hampir membuatku kehilangannya.
Inilah serangkaian kata yang ditulis Lia intukku setelah kejadian yang menimpa hubungan kami :
Boy, you are the one that I love, The one that I trully care
We know that many problem in our relationship, But you and me just keep on forward to fight that problems
There was a time I want to give up but my heart tell me
“Don’t give up!” and I know, I don’t want to lose you
Don’t want to lose the time with you. Hope you will love me forever, Because I love you with all my heart

0 komentar:

Posting Komentar


up