21 Desember dan Kamu




21 Desember 2011 , tepat satu tahun aku mengenal pria itu. Pria dengan wajah oriental, mata sipit, hidung sedikit pesek dan berkulit putih. Perkenalan kami sederhana, dan tak sengaja. Hanya lewat sebuah sms, walaupun sebenarnya kami satu kelas tahun 2010 yang lalu. Seharusnya tidak ada awal tahun baru yang buruk, tapi yang aku rasakan saat itu adalah kemonoton-an terbesar. Tapi dengan adanya kehadiran dia di dalam kehidupan aku saat itu, semuanya seakan berubah, indah.


Dia adalah pendengar yang baik, dia juga pencerita yang baik karena ceritanya selalu menyenangkan dan menyegarkan. Dia mengajari aku banyak hal. Yang sebelumnya aku tidak pernah tahu.

Dia sosok pria yang mungkin telah diciptakan Tuhan sebagai pemberi perhatian dengan kualitas terbaik untuk setiap wanita yang dikenalnya. Pria mandiri yang bisa mencuci baju dan piring, bersih-bersih rumah, serta memberi makan untuk adiknya sendiri. Tapi, ada beberapa hal yang aku benci dari dia. Dia sering menyembunyikan rasa sakit dan rasa lelahnya, dia sering lupa makan, dia sering mandi terlalu malam dan tidak pernah ingat makanan apa yang telah masuk ke mulutnya. Tapi, dengan segala ke-abnormalan yang dia punya, aku senang jika smsnya sedikit mampir di inbox handphone aku, tapi itu dulu.


Satu tahun berlalu, 21 Desember 2010 hanya menjadi tanggal yang mengingatkan aku pada seorang yang misterius yang bisa mengambil hati aku. 21 Desember 2010 , hanya menjadi tanggal menyenangkan yang mengingatkan aku pada seorang pria yang sangat sangat aku banggakan dan sangat aku cintai. 21 Desember 2010 , hanya menjadi tanggal berkesan yang mengingatkan aku pada seorang pria yang begitu sibuk dengan urusannya. 21 Desember 2010 , hanya menjadi tanggal yang mengingatkan aku pada sosok pria yang tidak pernah bisa aku lupakan sampai sekarang.

Tapi sekarang semua berbeda. Aku tidak lagi mengetahui kabar pria itu. Pria yang dengan sederhana mengajarkan pada aku bahwa dunia sangat indah apabila kita bisa menghargainya. :)

Aku masih mengingat dia bukan berarti aku menyukai dia. Aku masih bercerita tentang dia bukan berarti aku masih mencintai dia. Aku menulis tentang dia karena cerita yang dia punya berbeda dan menarik dalam pikiran aku :).


***

Hay!!! Apa kabar kamu? Bagaimana hari-harimu? Salahkah kalau aku sedikit basa-basi? Bertanya tentang kabar dan hari-harimu. Dulu, aku memang tak perlu melakukan itu, karena dulu kamu selalu mengabariku setiap harinya.

Sudah beberapa lama peristiwa itu telah terlewatkan. 21 Desember 2010, perkenalan yang mungkin terlihat sederhana tapi berhasil menghasilkan rasa. Terlalu terburu-burukah jika kita menyebutnya cinta? Kita berkenalan, bertukar kontak dan saling mengirim pesan singkat, tapi sayangnya aku tak pernah mendengar suaramu, dan aku sangat menyayangkan hal itu. Kita saling tertawa dan bertukar rasa, cukup dengan tulisan, cukup dengan ungkapan. Siapakah yang patut disalahkan dari perkenalan yang absurd ini? Tuhan? Aku? Atau kamu?

Kau tahu kalau aku mencintai tulisanmu dan semua hal tentangmu. Tapi... Kita memang takkan mungkin bersama. Sedalam apapun perasaanku, aku tak akan mungkin bisa memanggilmu dengan panggilan "sayang" lagi, begitu juga kamu. Sebenarnya, aku pun tak pernah tahu bagaimana perasaanku terhadapmu. Tulisanmu... Status jejaring sosialmu... Aku tak mampu membaca pikiranmu, kau begitu misterius untuk kukenal, kau begitu sulit untuk kumengerti. Tapi... Aku dan kamu membiarkan semua mengalir, walau kini kau telah bersamanya, walau kini kau telah menjadi sosok yang berbeda.

Mungkin, kau sudah tak lagi mempedulikan kisah kita. Mungkin, semua tentang kita telah kau musnahkan dalam kenangan. Mungkin kau tak mengingatku, tapi salahkah aku jika aku masih mampu mengingat dengan jelas cerita kita? Salahkah kita jika dulu pernah saling jatuh cinta?
Aku hanya memerhatikanmu dari sudut dunia maya yang tak tersentuh. Aktivitas sehari-harimu kupantau lewat tulisan bisu yang bernama status Facebook. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, sudah sebulan sejak aku pertama kali menambahkanmu sebagai teman di Facebook, sudah lama aku memerhatikanmu diam-diam, tanpa berani menyapamu lebih dulu, tanpa mau mengusik aktivitasmu. Itulah aku, yang diam-diam memperhatikan sosokmu.

Kala itu, 21 Desember 2010, masih ingatkah dengan sepotong kata itu? Satu kata yang mampu mengubah semuanya, satu kata yang mampu mengisi tahun itu dengan kebahagian-kebahagiaan kecil, satu kata yang mampu menjadikan hari-hariku begitu berwarna. Kata "aku sayang kamu" yang pria itu ucapkan benar-benar membawa kebahagiaan kecil buatku.

Sementara aku dan kamu membiarkan semuanya mengalir, entah mengapa selalu ada senyum kecil tiap kali sms-mu nongol di inbox handphoneku yang selalu ada kata “sayang”. Entah mengapa selalu ada kupu-kupu yang menari diperutku setiap kali perhatian sederhana yang kauberikan menghangatkan hari-hariku. Kamu sempat menjadi sebab senyum dan tawaku setiap harinya.

Kamu, pria cerdas yang begitu mencintai kegiatanmu, footsal mu, dan kegiatan osis mu. Pria dengan pola pikir yang berbeda dari orang-orang lainnya. Alangkah indahnya masa-masa itu, masa dimana masih ada kamu. Masa dimana aku masih begitu mudah untuk menghubungimu.

Kamu, si wajah oriental dengan mata sipit. Si kulit putih. Anak IPA dengan jiwa sosial yang tinggi. Ah, apa yang tidak kuketahui tentangmu? Semua hal tentangmu tak pernah kecil dimataku.

Dan sudah hampir dua tahun sudah peristiwa itu berlalu, kini aku lanjutkan hidupku, dan kau lanjutkan hidupmu. Kita punya jalan masing-masing, kita punya ruang dan waktu masing-masing. Jarak yang tak pernah adil benar-benar tak mampu menyatukan kita yang begitu berbeda.

Setidaknya, kau pernah datang dalam hidupku dan mengajariku banyak hal. Dalam waktu singkat aku mengenalmu, dalam waktu yang lama, aku masih mengingatmu. Masih ingatkah kamu dengan lagu kesukaan kita? Ungu yang judulnya Dirimu Satu. “I will always love you kekasihku, dalam hidupku hanya dirimu satu” yayaya! Kamu memang membuatku jatuh cinta! Entah bagaimana perasaanmu?

Aku menulis ini ketika lagu itu menyentuh lembut gendang telingaku. Tiba-tiba wajahmu muncul, perhatianmu hadir kembali, sungguh aku tak mau peduli, lagu ini benar-benar menyudutkanku setengah mati! Sebuah lagu memang mampu menjebloskan seseorang kembali mengingat masa lalunya. "Lihatlah bintang yang berjeret tiga itu, itu adalah aku, kamu, dan anak kita nantinya” kalimat yang pria itu ucapkan saat kami menikmati segarnya udara malam bersama... yayaya! Tiba-tiba saja aku merindukanmu! Sial! Padahal sudah lewat lumayan lama! Padahal kita sudah benar-benar tak saling tegur sapa. Tapi, itulah sebabmu hadir dalam hidupku, menghasilkan rindu meski pertemuan tak pernah terjadi hingga saat ini.

0 komentar:

Posting Komentar


up