Ujian Nasional, sepertinya masalah
ini sudah basi atau tidak penting?
Dalam hal ini yaitu mengenai kondisi
psikis anak ketika menghadapi ujian, apakah kita sebagai orang tua atau guru
membantu mereka mengelola emosi, agar bisa bersikap tenang dalam menghadapi
pertempuran atau kekalutan bernama Ujian Nasional ini. Adakah kita para orang tua
maupun guru menciptakan suasana yang kondusif agar mereka siswa tersebut bisa
menyikapi atau mempersiapkan mental dengan baik agar semangat menghadapinya (UN)?
Tanyalah pada diri kita sendiri
sebagai orang tua atau guru. Jangan-jangan malah kita menciptakan suasana yang
tegang, sehingga belum saja menjalani UN, siswanya sudah nervous, tertekan,
khawatir, takut tidak lulus dan banyak ketakutan-ketakutan lainnya.
Otak dan pikiran mereka kita jejali dengan latihan-latihan soal, dalam pandangan mereka kita gambarkan bahwa meraih NEM atau nilai berdasarkan standart nasional berapa, (tanya saja pada mereka yang berkompeten), tertinggi adalah harga mati. Atau tinggal pilih mau lulus atau tidak, terserah yang penting kita bisa menjejali mereka bahasan-bahasan soal yang memusingkan kepala. Lagi-lagi siswa selalu jadi korban, mau protes apa ada yang menyikapi. Garis bawahi, jika siswa sudah duduk di kelas III, maka mereka akan dilatih untuk menjawab a,b,c, d, dan e. Latihan soal ini dan soal itu, terkadang kurang di jam pelajaran, ditambah lagi dengan les, bahkan ada yang ikut bimbel. Waktu diisi hanya berpacu dengan soal dan soal, materi nomor kesekian, ilmu yang didapat siswa itu urusan nantilah. Jika siswa ada yang gagal maka mereka yang disalahkan, tapi kalau mereka dapat nilai bagus maka semua berbangga hati.
Otak dan pikiran mereka kita jejali dengan latihan-latihan soal, dalam pandangan mereka kita gambarkan bahwa meraih NEM atau nilai berdasarkan standart nasional berapa, (tanya saja pada mereka yang berkompeten), tertinggi adalah harga mati. Atau tinggal pilih mau lulus atau tidak, terserah yang penting kita bisa menjejali mereka bahasan-bahasan soal yang memusingkan kepala. Lagi-lagi siswa selalu jadi korban, mau protes apa ada yang menyikapi. Garis bawahi, jika siswa sudah duduk di kelas III, maka mereka akan dilatih untuk menjawab a,b,c, d, dan e. Latihan soal ini dan soal itu, terkadang kurang di jam pelajaran, ditambah lagi dengan les, bahkan ada yang ikut bimbel. Waktu diisi hanya berpacu dengan soal dan soal, materi nomor kesekian, ilmu yang didapat siswa itu urusan nantilah. Jika siswa ada yang gagal maka mereka yang disalahkan, tapi kalau mereka dapat nilai bagus maka semua berbangga hati.
Bukan berarti UN itu tidak penting,
namun disini yang harus diperhatikan adalah kesiapan kondisi psikis anak atau
siswa itu harus diperhatikan. Tidaklah harus main-main menghadapi UN tersebut.
Kita sebagai orangtua atau guru haruslah mengkondisikan mental anak dengan baik
serta dampingi mereka. Karena mempersiapkan mental yang baik dalam menghadapi
ujian itu penting. Kita tidak mesti menuntut anak secara berlebihan agar mereka
jadi juara dengan tekanan-tekanan secara lisan. Harus dapat NEM tinggi atau
harus dapat rangking terbaik atau harus-harus yang lainnya lagi. Persiapan
untuk belajar saja anak atau siswa tersebut sudah capek lahir batin, apalagi
dengan tuntutan-tuntutan kita yang terlalu over. Seolah-olah NEM tinggi itu
adalah segala-galanya. Cukuplah sudah kita membebani mereka dengan
jadwal-jadwal padat dalam menghadapi ujian. Belum lagi ditambah
peraturan-peraturan yang sudah terpusat dalam mengatur tentang UN ini. Jangan
ditambah lagi dengan hal remeh temeh yang dapat berakibat fatal, hingga siswa
benar-benar gagal menempuh UN, hanya karena kondisi mental yang jatuh.
Saya yakin, kalau anda para orang tua
dan pendidik yang berhubungan langsung dengan anak atau siswa dapat bersikap
arif dan bijak menyikapi hal ini. Dan sebagai anak atau siswa, haruslah
menghadapi ujian ini dengan penuh tanggungjawab, kesatria dan jujur. Marilah
kita ciptakan suasana yang kondusif agar siswa dapat menghadapi dan menjalani
ujian nasional ini dengan hati yang tenang dan senang. Mereka bahagia dan
semangat menghadapi dan menjalaninya tanpa ada beban, dibarengi dengan doa dan
usaha mereka yang maksimal, maka yakinlah kita akan melihat keberhasilan
mereka. Tapi ingat ilmu atau materi itu penting ditransfer kepada siswa, tidak
hanya mengutamakan latihan-latihan soal yang sifatnya temporal atau instan.
Kasihan jika kita mencetak lulusan yang tak berilmu pengetahuan. Coba bayangkan
“Andai Ujian Nasional, Seperti Sebuah Pesta,” maka siswa akan menyongsongnya
dengan penuh kegembiraan, bahkan dengan semangat dan keriangan diwajah yang
terus terpancar
0 komentar:
Posting Komentar